intuitif empiris
Intuitif Empiris
Aku memandang
Langit yang berawan, untuk beberapa alasan itu terasa seperti dimensi tempat
kau tinggal. Aku bahkan tidak bisa menutup jendela. Aku tergantung diluar sana
sepanjang hari. Aku tidak bisa berpaling dengan mudah. Walaupun hormon
memberontak diambang pintu kehidupan. Tapi apa yang aku ingin katakan padamu.
Aku berbalik arah setelah melihatmu berdiri dengan mereka di tepi jalan yang jauh (mungkin nanti atau tidak sama
sekali!!). Waktu mengatakan padaku untuk melepaskanmu. Tapi, walau aku
menyayangi suara yang mirip denganmu. Mengapa tidak bisa aku mengatakan padamu
untuk pergi denganku.
Sekali lagi,
dimensiku dengan konstelasi yang sistematis (yang mengandung stagnasi yang
konservatif) kau hancurkan dengan cara yang termanis, kau hancurkan dengan sebuah senyum yang buatku terus merasakan
“organsme romantisme imajinasi”. Kau memintaku untuk merasakan dan mensyukuri
segala hal yang cepat atau lambat akan berakhir…. Semuanya kau buat tak seperti
hidupku yang dulu, kau jadikan hormon dalam tubuhku bekerja untuk tubuhmu.
Semua yang terjadi Pararel dengan “kutipan novel Fiersa Besari “Garis waktu”, “pada sebuah
garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang
yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Kemudian satu orang tersebut akan
menjadi bagian terbesar dalam agendamu. Dan hatimu takkan memberikan pilihan
apapun kecuali jatuh cinta, biarpun logika terus berkata bahwa resiko dari
jatuh cinta adalah terjerembab di dasar nestapa”…. Aku berharap segalanya akan
kembali normal, kau kembali ke taman (tempat semestinya bunga berada), dan aku
kembali ke gurun, tenggelam dalam rutinitas yang biasa-biasa saja “tanpa warna
yang mencolok”. Kembali pada kehidupan yang tenang “tanpa suara yang bising”.
Aku berharap senyummu waktu itu tak merusak beberapa rencanaku di masa depan.
Terjatuh dalam drama asmara, dan patah hati yang ditimbulkannya menjadi salah
satu pergumulan yang pernah kulalui. Aku tidak membutuhkan drama untuk saat
ini. Namun adegan perkenalan kita terus membuyarkan fokusku.
Meskiku terus
mencoba meyakinkan semua hormon yang ada pada tubuhku, untuk kembali bekerja
untukku, tapii semua yang kulakukan terlihat sia-sia. Aku tak begitu percaya,
dengan mudahnya kau menyeret aku menjadi pengikutmu.
(??????????)
28, Juli, 2014
Dhesem Bleach
0 Response to "intuitif empiris"
Post a Comment