Liirihhh


                                                        
                                                
     LIRIH

Senja sore ini sangat menggoda di pelupuk mata. Sembari mengosongkan tas yang penuh dengan buku-buku khayalan. Desakan angin begitu terasa dalam, menyibak kerinduanku padanya. Aku mencoba menatap, coba meratap, pada bayangnya yang tak pernah menetap. Dia memang masih di sana, dengan wajah elegan, lantas berbaju terusan. Derap langkah ini terasa sangat riang, di kala ingatan itu kembali pada sore hari ini. Aku segera terasing dengan beberapa kekonyolan yang terbersit olehnya. Pada padangan, dalam keterasingan, sumbang kecemasan.
Pandangan ku mulai bergerak, hingga tak lagi mencari makna, disaat dia bersamaku. Mengikut banyangannya, dalam lelapku, sehingga kejam dia berbicara, tapi tak heran, ia sendiri tak mendengar suaranya, nan tak ada suara keluar dari mulutnya. Menyibak makna, dekatnya, merupakan hal yang tak kusukai. Bagaimanapun, ia seolah memberi selenting ganja pada pikiranku. Harum tubuhnya menyeruak di kala sore itu. Namun, tak harus tiba, bahkan melintas pun wanginya berbekas lama. Betapun, dia begitu lirih.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Liirihhh"

Post a Comment