Mahasiswa Paling Lama
Mapala (Mahasiswa Paling Lama)
Setiap Mahasiswa punya waktu yang berbeda, setiap mahasiswa
punya cara yang berbeda, setiap mahasiswa punya masalah yang berbeda. Empat tahun,
lima tahun atau bahkan tujuh tahun, setiap mahasiswa berproses dengan waktu
milikinya.
Kelulusan Yang Tertundah Bukan Berarti
Hidupmu Sia-sia.
By: Rifky Kristiawan M. Kadang (Dhesem)
Terkadang hidup yang kita jalani itu seperti bermain game FREE
FIRE atau PUBG Mobile. Meski kamu telah memasang pemindai, kemudian
merencanakan serta memastikan apa yang akan terjadi didalam level hidup
selanjutnya, adakalahnya kita harus menghadapi kejutan yang sangat tak terduga
“musuh, yang tiba-tiba menembaki kita yang belum memiliki senjata”. Dalam
mengejar cita-cita sabagai seorang sarjana, terkadang kamu juga akan diperhadapkan
pada sandungan yang sebelumnya tak terbayang akan terjadi, sehinggah status
mahasiswa yang kamu miliki harus bertahan lama dibandingkan dengan
teman-temanmu.
Bahkan yang menyedihkan adalah ketika Status
mahasiswa yang masih awet/melekat kamu sandang selama bertahun-tahun membuatmu
merasa tertekan oleh banyak hal. Tekanan dari orangtua, hingga cita-cita yang
tak kunjung harus ditunda, membuatmu makin frustrasi setiap hari.
Tapi, jangan melarikan diri.
Status mahasiswamu ini harus kamu hadapi dengan berani. Jangan
skali-kali mengambil langkah yang bodoh, yang bisa merusak bahkan menjadikan
semuanya semakin hancur (saya tahu perasaan Kalian hhh).
Bisa jadi
sebenarnya, kamu adalah bagian dari mahasiswa yang berhasil menyelesaikan teori
bahkan mengukir segudang prestasi. Namun, gagal karena terganjal oleh skripsi,
dimana kedua pembimbingmu saling bertolak belakang.
Menjadi seorang
mahasiswa itu, tidak semudah menjalani studi yang telah kita selesaikan
sebelumnya. Seorang mahasiswa memiliki kebebasan dalam memilih berbagai mata
kuliah atau menggeluti bidang yang kamu minati yang kampus sediakan untukmu.
Selain itu, dunia kampus juga menghadirkan beraneka macam ragam aktivitas, yang
membuatmu tak sekedar datang di kampus untuk mendengarkan dosen ceramah atau
membaca slide miliknya. Hal ini juga
bisa menjadi bagian yang bisa menghambat kelulusan jika kamu tak mampu mengatur
strategimu dengan baik agar bisa lulus dengan cepat.
Antara menjadi mahasiswa biasa, terkadang kamu lebih memilih
menjadi mahasiswa yang luar biasa atau istimewa, dengan memilih aktivitas
kampus yang berbeda dengan mahasiwa lainnya. Menambah jam kampus dengan
mengikuti berbagai kegiatan organisasi yang kamu ikuti, atau mungkin justru
kamu sibuk bekerja demi menjadi mahasiswa yang bisa menopang diri sendri,
mungkin karena kamu gengsi meminta uang kepada orang tua atau perekonomian
keluarga yang kurang mendukung. Beberepa hal tersebut membuat kamu terkadang
lupa bahwa ternyata waktu telah berlalu begitu cepat, dan pada akhirnya kamu
menyadari bahwa tugas kamu sebagai mahasiswa belum selesai, masih ada mata
kuliah atau tugas akhir yang belum kau selesaikan yaitu skripsi.
Ibarat
berangkat dari rumah menuju stasiun untuk mengejar kereta. Setelah
melewati lalu lintas padat dan panas, sekarang kamu sudah sampai di depan
pintu gerbang. Perjuanganmu hanya tinggal menukar uang yang sudah kamu
kumpulkan dengan tiket agar bisa menggunakan kereta yang sudah kamu pesan.
Sayang, uang itu tak kunjung selesai
kamu tukar.
Karena begitu lamanya waktu yang kamu perlukan untuk
“menukar uang” atau menyelesaikan skripsi, kamu merasa down dan tak percaya
lagi pada kemampuan diri sendiri. Gairah organsme intelektualmu berkurang,
bahkan sekedar membuat naska pendadaran kamu tak mampu. Padahal, segala
keraguan itu hanya membuatmu bertambah jauh dari “keretamu”.
Janagan berhenti!! kejarlah kereta
itu sebelum benar-benar meninggalkan stasiun. Kamu masih punya waktu.
Kesuksesan memang harus kamu perjuangkan sendiri. Jadi, tak perlu
frustrasi saat harus berada di kampus yang sudah tak familiar lagi,
walaupun terkadang kamu merasa kesepian.. (saya tahu perasaan kalian)
Saat kamu tak kunjung lulus kuliah, terkadang hal itu
membuatmu serba salah. Tuntutan untuk rajin kekampus mejadi menu utama ketika
keluargamu menghubungimu. Tetati yang terjadi malah sebaliknya, justru kamu
enggan melangkahkan kaki, karena kampus menjadi sudah tak begitu menarik
seperti yang dulu. Beberapa hal menjadi alasan kamu menjadi seperti itu, seperti
sahabat yang dulunya selalu ada untuk sekedar ngerumpi di dalam kelas,
teman-teman seperjuangan yang dulunya sering bercanda atau saling tegur sapa
saat bertemu, atau bahkan sosok yang dulunya sempat menjadi penyemangat
kuliahmu di kampus, dan mungkin suasana pemandangan orang-orang asing yang
semakin membuat kau merasa sepi. Kampus serasa menjelma menjadi tempat yang
asing bagi kamu.
Sampai-sampai kamu memutuskan untuk menyerah karena merasa
kesepian. Padahal terkadang kesuksesan itu hadir di wujudkan tanpa harus
bergerombolan. Kamu harus mampu menjadi sosok yang mandiri untuk membuat
impianmu menjadi nyata. Tak perlu merasa sendirian atau bahkan malu dilihat
oleh adik-adik junior di kampus, kita tidak sedang berdoa untuk kejatuhan orang
lain, tetapi tak menutup kemungkinan mereka juga akan melakoni hal yang sama
seperti yang kamu jalani sekarang ini.
Setiap mahasiswa
kuliah ibarat orang-orang yang sedang mencari tiket bepergian. Lulus cepat
atau lama adalah perkara siapa dulu yang mau mengantri di depan.
Kamu memang ada di
barisan belakang. Tapi percayalah, kamu akan bisa maju ke depan jika
bersabar, bukannya malah kabur dari antrian.
Rasa takut datang ke kampus sering membuntutimu layaknya hantu. Tapi
tahukah kamu hal itu SAMA SEKALI tak membantumu? Jangan takut pada
kampus (saya tahu perasaan kalian)
Ketika
status mahasiswa sudah sudah kamu jabat melebihi waktu normal yang ditentukan,
kamu akan terserang rasa takut untuk melangkahkan kaki ke kampus. seperti
hantu, bayang-bayang tidak menyenangkan
akan menyelimuti pikiranmu sejak bangun pagi. Kamu khawatir jika semua junior
bahkan aparat kampus akan kaget jika ternyata kamu masih menjadi
mahasiswa, kamu malu jika penjaga perpus akan mempertanyakan kenapa kamu masih
saja sibuk di sana. Kamu mungkin juga khawatir jika adik angkatan akan
menganggapmu mahasiswa yang tak bisa menyelesaikan kuliah. Hingga dosen
pembimbing yang jadi tampak mengerikan juga ada dalam pikiran saat kamu mulai
membayangkan kampus yang dulu menyenangkan.
Tapi
ketakutanmu itu sebenarnya ada di kepalamu sendiri. Cobalah ingat
kakak-kakak kelasmu yang kelulusannya juga sempat tertunda. Apakah kamu
pernah menertawai mereka? Apakah kamu pernah mendengar ibu penjaga perpus
atau bapak kantin membicarakan mereka dengan nada meremehkan? Tidak,
bukan? Cepat atau lama, semua orang menghargai jika kamu memang berusaha.
Boleh jadi orang-orang yang mempertanyakan kabarmu yang tak
kunjung lulus menganggu pikiranmu, tapi kamu juga perlu tahu bahwa
memikirkan itu terus-terusan tidak akan membantumu meraih tujuan.
Satu-satunya yang akan membantu adalah papan ketik, Microsoft Word, dan
tanganmu.
Rasa takut itu layaknya hantu, dia membuntutimu sampai
kapanpun tanpa pernah mau membantumu menyelesaikan masalah, tapi justru
membuatmu semakin menjauh dan tak menyelesaikannya. Mungkin kamu lelah, gak ada
salahnya mulai sekarang kamu hadapi ketakutanmu dengan caramu. Kamu bisa
mengingat senyum orang-orang yang tercinta bila lulus segera atau impian yang
selama tertunda karena syarat sarjana yang belum kamu genggam.
Bukankah hidup adalah investasi? Dari
pada mengutuki rasa takut, kenapa tak kamu gunakan energimu untuk menuntaskan
skripsi?
Tak kunjung lulus kuliah juga menjadi beban pikiran orangtua.
Jangan mengutuki apa yang belum bisa kamu beri. Sebaliknya,
hadapi hutangmu itu dengan berani. Focus pada apa yang sebelumnya kau targetkan
(saya tahu perasaan kalian)
Orangtua adalah sosok penting dibalik semua yang
terjadi padamu. Saat kamu tak kunjung lulus, terkadang mereka menjadi
semakin rajin menanyakan kabarmu. Beberapa mungkin akan mendapatkan dukungan,
tapi beberapa mungkin justru mendapatkan hal yang sebaliknya. Hal ini kerapkali
membuatmu merasa frustrasi, hingga kamu memilih untuk menutup
telepon setiap kali orangtuamu menghubungi. Atau mungkin kamu memilih
untuk jarang pulang karena bosan jika harus ditanya-tanya.
Tanpa
harus lari dari kenyataan, akan lebih bijak jika kamu mau menghadapinya dengan
berani. Bolehlah kamu merasa menyesal karena tidak mampu menepati janji untuk
lulus tepat waktu, tapi bukan berarti kamu harus mengutuki itu tiap hari.
Bolehlah kamu merasa tak enak hati dengan orangtua yang sedikit kecewa karena
kamu tak kunjung sarjana, tapi bukan berarti kamu harus melarikan diri dari
“perhatian” yang mereka berikan. Gak ada salahnya kamu mulai bangun dan
sibukkan dirimu dengan apa yang bisa kamu berikan pada mereka, misalnya
menyiapkan kapan kamu akan pendadaran.
Inilah saatnya kamu tunjukkan pada
meraka bahwa kamu tak diam saja, tapi kamu juga berjuang sekuat tenaga.
Lulus lama itu bukan berarti kamu tak punya kemampuan untuk menyelesaikan
studi tepat waktu. Kamu hanya bukan orang yang menempatkannya jadi
prioritas ke satu. Maukah kamu bangun segera? (saya tahu perasaan kalian)
Tak dapat dipungkiri, orang yang lulus lebih dari tenggang
waktu normal akan membuatmu rela mendapatkan cap “tidak niat” atau “bodoh”.
Padahal, kamu lulus lama bukan karena kamu tak mempu menyelesaikan masalah
atau membuat makalah. Tapi karena kamu menempatkan studi menjadi
nomor sekian. Tak seperti teman-temanmu yang lulus tepat waktu karena
hanya fokus kuliah, kamu justru sibuk dengan kegiatan yang beraneka ragam.
Tanpa
harus menyerah di tengah jalan, maka sekarang saatnya kamu unjuk gigi bahwa
kamu juga bisa melakukan hal yang sama seperti teman-temanmu lainnya.
Bagimu, lulus hanya soal waktu.
Jadi akankah kamu bangun lagi dan
mengambil antrian terdepan untuk memesan kereta untuk menjemput mimpi lainnya?
Masa depanmu bukan ditentukan oleh seberapa lama kamu kuliah, namun
semangatmu untuk menolak kalah. Lalu, masih mau menyerah? Apakah kamu akan
menyerah? (saya tahu perasaan kalian)
Waktu memang tak pernah bisa diputar kembali ke belakang.
Selama ini mungkin kamu merutuki nasib yang telah membuatmu terhambat untuk
lulus cepat. Dosen yang tak kunjung mengoreksi skripsian, kesibukan bekerja,
atau kondisi kampus selalu menjadi kambing hitam. Semua yang sudah lewat
biarlah lewat, tak perlu lagi kamu pusingkan. Mulai sekarang gak ada
salahnya kamu buka mata dan membuat aksi nyata dengan bergegas untuk
menuntaskan kewajiban. Kamu bisa merubah keadaan jika kamu mau berjuang. Kamu
bisa membuat menjadi sarjana kalau kamu mau menjadi skripsi jadi prioritas
paling depan.
Tanpa harus sibuk menyesali diri, yakinlah terkadang lama
tidaknya masa studi juga tidak menentukan kesuksesan di masa depan. Karena
yang menentukan adalah seberapa keras kamu mau memperjuangkan meraih
mimpi-mimpimu. Nah, jika menjadi sarjana adalah salah satu mimpimu, maka kenapa
kamu harus menyerah dengan begitu mudah hanya karena satu kewajiban yang belum
kamu tuntaskan?
Ingat,
kamu sudah sejauh ini. Jangan lari. Hadapi.!!
Sebagai penyandang mahasiswa tertua karena kelulusan
terkendala memang merupakan sebuah beban yang tak mudah. Jadi, tanpa harus
menyesali semua keputusan-keputusan di masa lalu yang membuat mu terjebak dalam
romantisme kegagalan, sebaiknya kamu harus segera bergegas bangun dari
keterpurukanmu, bangun dari kemalasanmu, cepat lakukan sesuatu aksimu untuk
mewujudkan mimpi menjadi sarjana. Memang tidak mudah, karena tak ada sesuatu
yang instan. Yakin pada dirimu bahwa kamu pasti bisa. Semoga sukses kawan…!!!
0 Response to "Mahasiswa Paling Lama"
Post a Comment