Rawa Ghaib Part I


https://dhesemchistiankadang.blogspot.com/
Halo braysem…. Selamat berjumpa kembali, spesial untuk malam ini Diksi Cinta akan memberikan cerita Horor nich sobat braysem . Maaf yaa lama baru bisa post cerita horror lagi, soalnya inspirasi buat nulis cerita horror, lagi nggak ada nich. Hihihih

Langsung saja ya keceritanya… selamat membaca yaaa braysem…
Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka. Jika Ada Kesamaan Nama Tokoh, Tempat Kejadian Ataupun Cerita, Itu Adalah Kebetulan Semata Dan Tidak Ada Unsur Kesengajaan
_________________________________
Tap, tap, tap,
kresek, kresek, kresek
Suara langkah berlari itu terdengar di tengah jalan setapak yang membelah hutan itu.
Seorang gadis berkain batik berkebaya putih berlari sembari terengah-engah. Ia berlari menjauhi sesuatu yang ingin ia hindari.
Hari semakin sore, sang surya semakin membenamkan wajahnya di ufuk barat.
Sang gadis masih belum mencapai tempat yang ditujunya. Hutan itu terlalu luas untuk ia lalui.
Jalan setapak yang dipenuhi dedaunan kering dan semak-semak yang condong, menghambat gerak langkah kedua kakinya yang tidak beralas.
Sembari terengah-engah ia terus melangkahkan kaki. Terkadang ia sedikit berlari. Ia merasa takut akan terkejar oleh seseorang atau sesuatu yang mengejarnya.
Matahari pun akhirnya terbenam di ufuk barat. Kegelapan menyelimuti hutan luas tersebut. Si gadis terus berjalan hingga kedua kakinya bertekuk di atas tanah karena sudah tidak kuat berjalan lagi.
Sembari berlutut, si gadis celingukan saat menyadari hari sudah gelap. Ia tampak begitu waswas saat mendengar suara-suara aneh di dalam hutan.
Apakah itu suara-suara penghuni hutan?
"Emak, bapak, cik tulungan abdi!" (Ibu, ayah, tolong aku) ucapnya memelas.
Sayup-sayup ia mendengar suara gemerisik di dalam hutan. Suara tersebut semakin terdengar jelas seolah sesuatu itu sedang mendekat.
Si gadis mencoba berdiri untuk melanjutkan langkah, namun kemudian ia terkesiap saat melihat sesosok putih berambut panjang sedang mengayun-ayunkan kedua kaki di atas dahan sebatang pohon di hadapannya.
Udara dingin menghembus meniup tengkuknya membuat bulu kuduk merinding.
Meski gelap, sosok tersebut dapat jelas terlihat.
Sosok tersebut perlahan
menengok ke arah si gadis.
Bammmmm.......
Seraut wajah dipenuhi belatung dengan kedua mata melotot keluar muncul pas di depan wajah si gadis.
"Aaaaaaaaa......." Si gadis menjerit kemudian berlari sekencang-kencangnya.
Namun baru beberapa meter, ia sudah terjatuh karena tidak kuat menahan pegal di kedua kaki.
"Tulungan Rumsah, emak, bapak," (Tolongin Rumsah, ibu, bapak) rintihnya dengan penuh ketakutan.
Gadis itu rupanya bernama Rumsah. Siang tadi ia baru saja kabur dari rumah majikannya.
Rumsah melakukan itu karena sudah tidak tahan dengan majikan laki-lakinya yang mata keranjang serta perangai buruk majikan perempuan yang suka menyiksanya.
Lokasi rumah majikannya berada di ujung barat, sangat jauh dari kampungnya. Ia harus melewati hutan lebat jika ingin pulang.
Adapun jika ingin menggunakan transportasi umum ia harus melalui jalur memutar ke utara tepatnya ke kabupaten. Sedangkan jika melewati hutan hanya bisa dengan berjalan kaki atau naik kuda jika ada.
Kembali ke Rumsah yang sedang berjalan terseok-seok seraya merasakan kengerian yang luar biasa saat mendengar suara rintihan dari dalam hutan.
Rintihan tersebut membuat ngilu di telinga. Bulu kuduk merinding. Suara rintihan terus berlangsung hingga Rumsah mencapai ujung hutan yang merupakan sebuah tanah lapang yang ia pikir sebelumnya tidak pernah ada.
Rumsah mendengar suara-suara menyeramkan namun memilukan di sekitar tanah lapang misterius itu.
"Tulungan kuring!" (Tolongin saya!)
"Di dieu poek jeung loba jurig!" (Di sini gelap dan banyak setan!)
Rumsah yang sudah kadung ketakutan, tanpa pikir panjang menyeberangi tanah lapang itu.
Sejenak Rumsah menahan nafas ketika kedua kakinya menginjak area lunak seperti lumpur.
Tiba-tiba tubuh Rumsah terhisap tanah lapang itu hingga menghilang.
"Aaaahhhh, tulung.................!" (Tolong!)
(Suara musik tradisional dengan gending dan gesekan rebab terdengar mengalun di tempat tersebut)
Di atas panggung bercorak Jawa tersebut, para penari sedang berlenggak-lenggok mengikuti irama. Jika dilihat dari jauh kita akan mengira jika para penari tersebut sangat cantik.
Namun jika kita mendekati mereka, kita akan terperanjat melihat mereka yang ternyata sangat hancur seperti wajah orang yang baru mengalami kecelakan fatal.
Bagaimana tidak, wajah mereka banyak yang sudah tidak berdaging dengan tulang tengkorak terlihat menonjol.
Pemandangan menyeramkan tersebut membuat Rumsah yang sedang terbaring telentang di atas tanah, terbangun seraya megap-megap.
"Hah, haah, haah, di mana ieu?"
( Hah, haah, haah, di mana ini ?") ucapnya ketika menyadari dirinya tidak sedang berada di tanah lapang itu.
Mendadak ia mendengar suara kecipak air di belakangnya.
Saat menoleh, betapa terkejut dan takutnya ia ketika mengetahui apa yang berkecipak di belakangnya.
Sesosok mirip makhluk dalam mitologi Yunani, yaitu Siren sedang menatapnya dengan garang.
Ssssss
Sosok tersebut mendesis seperti ular.
Penampakan sosok itu begitu menakutkan. Rumsah pun tak kuasa untuk melihatnya.
Ia pun bangkit dan lari secepat-cepatnya. Namun larinya terhenti ketika langkahnya dihadang oleh suatu rawa yang sangat luas dengan pepohonan aneh tumbuh di sana.
Saat itu gelap, namun Rumsah masih dapat melihat keadaan.
Ia dapat melihat sekelilingnya adalah rawa-rawa yang sebagian dipenuhi tumbuhan merambat dan pohon-pohon kecil yang meranggas.
Ia juga dapat melihat asap putih yang menyelimuti tempat itu.
Di mana pun ia berada saat ini, pasti sangat jauh dari kampungnya.
Sayup-sayup terdengar suara gending, kecapi, diiringi gesekan rebab, membuatnya bertanya-tanya, di mana sumber suara tersebut.
Barangkali suara-suara tersebut berasal dari perkampungan yang sedang ada hajatan.
Rumsah pun beranjak mencoba menuju ke arah sumber alunan musik itu.
Daratan tempat ia berpijak rupanya terhubung ke daratan lain melalui jalur sempit yang terdiri dari batu-batu kali yang disusun rapi di atas rawa.
Rumsah pun melewati jalur kecil tersebut hingga mencapai daratan yang jaraknya sekitar sepuluh meteran dari tempat sebelumnya.
Ia terus melangkah meski dengan perasaan waswas takut diganggu makhluk astral yang baru dijumpainya itu.
Sosok Siren itu sangat menyeramkan, tidak seperti gambaran putri duyung yang cantik. Siren tersebut memiliki paras sangat mengerikan.
Berwujud seperti terbuat dari lumpur dengan sirip ikan besar yang tajam dan bergerigi. Kedua matanya yang menyala ungu gelap menambah kesan seram dari makhluk mistis itu.
Namun Rumsah masih belum mengetahui jika dirinya sebenarnya sedang berada di alam lain yang disebut 'RAWA GAIB'.
Namun Rumsah masih belum mengetahui jika dirinya sebenarnya sedang berada di alam lain yang disebut 'RAWA GAIB'.
Rumsah melangkauh jauh melewati daratan di atas rawa itu. Ia terus melangkah hingga mencapai sebuah tempat di mana di sana terdapat sebuah bangunan berdinding kayu beratap seng.
Bangunan rumah kecil terlihat samar-samar karena gelapnya area sekitar. Rumsah mendekati pintu rumah kemudian mengetuk pintu.
'Tok, tok, tok,
"Permisi, ada orang di dalam?" ucap Rumsah seraya memperdengarkan suara alunan musik tradisional yang masih mengalun.
Tidak ada jawaban.
Rumsah mengetuk pintu lagi. Namun ia tidak sengaja mendorong daun pintu hingga terbuka.
Samar-samar Rumsah dapat melihat seisi rumah kecil itu. Pertama kali yang dilihatnya adalah sebuah meja kecil dengan tiga kursi, sebuah perapian, dan sebuah tempat tidur dengan seseorang sedang berbaring membelakanginya.
"Permisi, mbak. Saya sedang tersesat. Apakah mbak mau membantu saya menemukan jalan pulang?" Rumsah menatap ke arah perempuan yang masih terbaring di ranjangnya itu.
Perempuan yang mengenakan pakaian berwarna putih kotor itu pelan-pelan menolehkan wajahnya ke arah Rumsah, dan....
Astaga!!!!!
Kepala perempuan tersebut dapat berputar hingga 180 derajat seperti kepala burung hantu.
Rumsah dapat menyaksikan wajah perempuan tersebut sangat mengerikan dengan kedua matanya yang melotot besar serta mulutnya yang robek hingga mencapai telinga.
Tidak hanya itu, kepala perempuan itu terlepas dari badan dan melayang ke arah Rumsah. Gadis tersebut menjerit sejadi-jadinya seraya mundur, namun kakinya terantuk batu hingga jatuh telentang.
Kepala demit perempuan itu menerjang tepat ke wajah Rumsah.
"Aaaaaahhhhhhh....."
Rumsah menjerit sejadi-jadinya saat wajah demit tersebut menerkamnya.
"Aaaaaaaaaaaah......."
Jeritan Rumsah memenuhi udara, membuat tersentak seseorang yang sedang tertidur hingga bangun.
Seorang gadis berambut panjang ke punggung, mengenakan piyama berwarna hijau muda. Gadis ini berada di atas tempat tidur yang berbaris dengan dua tempat tidur lain yang diisi rekan-rekannya.
"Rina, apa yang terjadi?" ujar seorang temannya yang kebangun karena pekikan gadis itu.
"Aku bermimpi lagi, la. Kali ini sangat mengerikan," tukas gadis bernama Rina itu.
"Mimpi seram lagi? Aneh, semenjak kita melakukan PKL di sini, sering sekali kamu bermimpi seram, rin," ucap temannya yang bernama Laela itu.
"Baru jam 1," ucap Rina saat menyalakan smartphone-nya.
"Sebaiknya kita tidur lagi, rin. Atau barangkali kamu mau sholat tahajud dulu?" ucap Laela.
"Aku terlalu takut untuk ke kamar mandi, la. Kamar mandinya berada di luar. Ditambah lagi anginnya dingin begini," kata Rina seraya melihat ke arah tempat tidur temannya yang satu lagi.
"Dita ke mana ya?"
"Lho, Dita? Dia ke mana?!" pekik Laela ketika melihat tempat tidur itu telah kosong.
"Ini tidak beres. Kok Dita tiba-tiba nggak ada di tempat tidur. Dia kan nggak suka keluyuran apalagi pagi buta begini." Rina memeriksa tempat tidur rekannya yang menghilang itu.
"Kita harus bagaimana?" ucap Laela dengan nada panik.
"Duuh, mana dia penakut lagi. Bagaimana kalau terjadi apa-apa sama dia?" kata Rina seraya mengalihkan kedua matanya ke arah celah di dinding bambu yang mengelilingi kamar tempatnya dan Laela beristirahat.
Deg, jantung Rina berdegup kencang saat melihat pemandangan di luar.
Bagaimana tidak berdegup kencang, Rina melihat Dita sedang berjalan dengan kedua tangan terentang di depan, diikuti oleh puluhan orang yang kondisinya mengerikan persis zombi-zombi di TWD.
"Dita?" gumamnya lirih.
"Ada apa, rin?" Laela melihat penasaran ke arah Rina.
Laela tercekat setelah mengintip melalui celah di bilik bambu. Ia pun dapat melihat temannya sedang menjadi pemimpin bagi kawasan mayat hidup yang penulis sebut 'zombi'.
Namun zombi di sini tidak seperti di TWD, RE, ataupun Lifeafter, yang karena pengaruh dari virus.
Di sini mayat-mayat hidup tersebut digerakan oleh suatu kekuatan yang entah siapa yang menggunakannya.
"Mbak Rahayu, kita harus menemui mbak Rahayu!" pekik Rina.
"Tidak mau, rin. Di luar mereka banyak sekali!" tukas Laela ketakutan.
"Tunggu dulu, la. Di pintu ada siapa?" Rina yang membelakangi pintu bertanya kepada Laela yang juga berposisi sama.
Mereka berdua menengok ke belakang, dan.....
"Aaaaaaaaaaaahh........!!"
Sebuah kepala tanpa badan menempel pada pintu. Kepala tersebut memiliki rambut gondrong hingga ke lantai namun bagian tengah kepalanya botak.
Kepala tersebut menyeringai memperlihatkan gigi-giginya yang berdarah.
Rina dan Laela menjerit sejadi-jadinya. Mereka berdua tidak tahu harus melakukan apa agar bisa keluar dari kamar.
Mendadak terdengar suara ayam berkokok. Kepala yang menempel di pintu tersebut menghilang disusul suara jeritan menyeramkan.
Dari luar juga terdengar suara riuh yang kemudian menghilang setelah suara kokok ayam terdengar.
"La, setannya sudah pergi tapi Dita bagaimana?" ucap Rina seraya melihat ke arah Laela.
"Sepertinya kita harus menelepon mbak Rahayu," tukas Laela seraya mengambil smartphone-nya kemudian menelepon seseorang. "Mbak Rahayu, tolongin Dita diculik mereka."
Saat pagi datang, Rina dan Laela kedatangan seorang perempuan berwajah cantik berpakaian kasual serba biru.
"Jadi mereka semalam ada di sini?" tanya perempuan itu.
"Bukan ada-ada lagi, tapi banyak, mbak," tukas Laela dengan wajah suntuk.
"Ini aneh, padahal mereka sudah dikubur kan dengan layak, dan Ki Rawuk juga sudah tidak melakukan hal yang aneh-aneh lagi," ucap Rahayu.
"Ki Rawuk siapa, mbak?" tanya Rina terkejut dengan ucapan Rahayu.
"Tabib yang tinggal di ujung desa, yang suka menyembuhkan warga yang sakit karena guna-guna," tukas Rahayu.
"Bukannya tabib yang di ujung desa namanya Pak Rohidin?" kata Laela.
"Ki Rawuk itu nama julukannya, hehe," tukas Rahayu sembari terkekeh.
"Lalu Dita bagaimana, mbak?" tanya Rina.
Rahayu sejenak terdiam seperti sedang berpikir.
"Besar kemungkinan dia dibawa ke Rawa Gaib. Tanah lapang yang hanya muncul di malam Jumat kliwon itu. Aku pikir Ki Rawuk sudah menghapusnya," kata Rahayu setengah berbisik.
"Kalau begitu, kita temui Ki Rohidin, mbak!" ucap Laela sekenanya.
"Pak Rohidin kali!" sergah Rina.
"Ngomong-ngomong Rawa Gaib itu apa ya, mbak?" tanya Laela penasaran.
"Kepo, nih," kritik Rina membuat Laela mendelik ke arahnya.

BERSAMBUNG....................hihihihi

Ket : Penulis cerita Horor di atas Bernama Kak Ipey Chdkz

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Rawa Ghaib Part I"

Post a Comment